Konsumsi Garam Tak Beryodium Masih Tinggi

On Minggu, 26 Desember 2010 2 komentar

TEMPO Interaktif, Jakarta:Sekitar 30 persen rumah tangga di Indonesia masih mengonsumsi garam tak beryodium atau garam dengan kadar yodium rendah. “Berbagai upaya telah dilakukan tapi angkanya masih tetap tinggi,” kata Azrul Azwar, direktur jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan, di kantornya di Jakarta, Senin (24/2) siang.

Azwar mengatakan selama ini pemerintah sudah berupaya menerapkan program peningkatan konsumsi garam beryodium. Program ini sebetulnya sudah dilaksanakan sejak 1977, sayangnya hingga kini selalu dihadapkan pada permasalahan produsen atau distributor yang memasarkan garam tak beryodium. Hal ini diperparah oleh mayoritas konsumen yang ternyata tak penduli terhadap produk garam yodium.

Menurut Azwar, ada beberapa masalah dan kendala yang menghambat peningkatan konsumsi garam beryodium. Di antaranya pada musim penghujan produksi garam tak cukup sehingga menyebabkan pasokan garam beryodium bekurang. Garam impor juga banyak dipasarkan sebelum diyodisasi. Selain itu, harga garam beryodium relatif lebih mahal, serta kesadaran masyarakat tentang manfaat garam beryodium kurang.

Meskipun berbagai program pemerintah belum optimal, kata Azwar, upaya penanggulangan gangguan kekurangan yodium telah memberikan hasil terhadap penurunan prevalensi gondok total dari 27,2 persen pada tahun 1998 menjadi 9,8 persen pada tahun 1998.

Berdasar survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2002, sekitar 31, 96 persen rumah tangga di Indonesia masih mengonsumsi garam tak beryodium atau garam dengan kadar yodium rendah, yaitu kurang dari 30 ppm. Kemudian, bila dilihat hasil survei konsumsi garam beryodium yang dilaksanakan BPS selama 1996-2002, kenaikan persentase rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium dengan kadar cukup yaitu 30 ppm belum memberikan hasil menggembirakan, yaitu 58,1 persen pada tahun 1996 sampai 68,53 persen pada tahun 2002.

Berdasarkan survei nasional pemetaan gangguan akibat kekurangan yodium pada tahun 1998, sebanyak 33 persen kecamatan daerah endemik kekurangan yodium. Sekitar 21 persen kecamatan masuk kategori endemik ringan, 5 persen endemik sedang dan 7 persen endemik berat. Berdasarkan data ini, diperkirakan 53,8 juta penduduk tinggal di daerah endemik.

Produksi garam di Indonesia sebesar 1,2 juta ton pertahun. Sebanyak 60 persen berupa garam beryodium. Produksi garam diperoleh dari 19.700 petani atau penggaram garam dan 209 produsen garam. Distribusi garam di pasaran, 67,87 persen garam mengandung kadar yodium cukup. Di tingkat rumah tangga, 64,5 perssen mengonsumsi garam yodium berkadar cukup. (Hilman Hilmansyah – TNR)copied 17/11/06/
Website Dinas Perindustrian & Perdagangan Jawa Barat : http://disperindag-jabar.go.id/

2 Comments

Comments
Anonim :

Ngeri juga ya fakta ini.

Anonim :

Disatu kondisi ada sebagian masyarakat yg minim konsumsi yodium. Di sisi lain ada pula masyarakat yang memang dari segi kesehatan butuh untuk mengurangi konsumsi garam sehari-hari. Ada beberap trik jitu untuk mengurangi konsumsi garam sehari-hari. Seperti yang pernah sya baca di artikel http://goo.gl/B4nnj6 bahwa makan makanan tanpa garam/hambar saat masih hangat adalah merupakan satu trik jitu untuk hal itu.

Leave a Comment

Next Post Previous Post
Powered by Blogger